Anetry.Net – Setiap manusia terlahir dengan jiwa bersih tanpa cela, dan itu jaminan Sang Khaliq kepada setiap manusia baru yang menghirup udaraNya di dunia.
Saat kelahiran manusia
itu, hanya ada satu keyakinan yang ada dalam dirinya, percaya pada Allah SWT
sebagai Khaliq, dan satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Keyakinan itulah
yang kemudian harus dipupuk dan dikemas dengan baik oleh orang tuanya, termasuk
pendidikan yang dilaluinya.
Lalu bagaimana dengan keyakinan
terhadap hidup sendiri? Para ahli menyebutnya ‘belief for life’, suatu keyakinan yang membawa manusia bergerak
maju dalam hidupnya dari waktu ke waktu.
Setelah dia lahir melalui panca
indra manusia menerima informasi dari kedua orang tua dan lingkungannya. Dan
itulah proses awal pengisian atau install
belief yang ada pada dirinya. Para pakar juga mengatakan bahwa prosesi
tersebut dinamakan belief system.
Belief System (sistem keyakinan) dalam diri manusia diisi sejak proses
pembentukan otak dan organ lainnya sebagai penunjang. Belief system pada manusia tercipta dari tahapan interaksi dirinya dengan lingkungan, mulai di lingkungan keluarga,
sekolah, teman, komunitas, dan
lain-lain.
Untuk itu, setiap orang perlu berhati-hati membangun
tahapan demi tahapan dalam dirinya agar belief
system terbangun dan dibina dengan cara-cara yang benar dan sesuai kaidah
kemanusian yang suci dan berkaykinan pada Khaliq, Allah SWT.
Mengapa harus
berhati-hati dalam menjalani tahapan pembentukan belief system itu? Karena
siapa anda akan tercermin dari apa yang ada di pikiran atau kepala anda. Kemudian,
apa yang ada di kepala anda, akan tercermin dengan siapa
selama ini anda berinteraksi, bersosialisasi dan berasosiasi.
Kesannya memang
ringan-ringan saja, namun terbentuknya belief system dalam prosesi kehidupan
manusia, akan menjadi karakter tak terubah, menjadi perwujudan asli manusia itu
sendiri.
Apa yang telah diinstall dalam pikiran manusia, maka alam bawah sadarnya akan selalu menggunakan hal
itu sebagai standar dalam mengukur sesuatu yang ia temui, ia lihat, dan ia
alami. Bahkan untuk mengambil keputusan terhadap sesuatu, belief systemlah yang akan berkuasa penuh terhadap dirinya.
Belief system akan menjadi
sejenis patron (life script) dalam diri seseorang. Hal ini bisa kita lihat
dalam pergaulan sehari-hari. Ada orang yang sulit menerima kebenaran karena
bukan dirinya yang tidak tahu mana yang benar dan salah, tetapi karena life
script yang ada dalam dirinyalah yang sudah terbentuk sedemikian rupa.
Manusia yang permisif
pada ketidaksesuaian hidup dengan tuntunan, adalah salah satu contoh nyata yang
bisa ditemui dalam keseharian. Menganggap apapun yang dilakukan adalah sesuatu
yang biasa saja, walau orang lain yang menyikapi dengan aturan membantahnya, ia
akan tetap bersikukuh bahwa dirinyalah yang paling pantas dianggap benar.
Bila isi kepala kita dipenuhi hal-hal negatif dan melemahkan, jangan salahkan jika hidup anda penuh hal-hal yang buruk dan lemah. Jika isi kepala berisi hal-hal yang positif dan optimis,
maka hidup senantiasa akan
dilingkupi aura kebaikan dan positif.
Dengan berjalannya waktu, manusia bisa saja melakukan perubahan pada belief nya, apabila ada input
yang kuat masuk pada dirinya. Namun
kuncinya ketika dirinya mengijinkan hal itu,
dalam arti ada kebutuhan dalam dirinya untuk berubah.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang akan berwujud tiga macam. Pertama, menguatkan belief yang sudah ada. Hal ini seperti
seseorang menguji apa yang ada dalam pikirannya. Ia akan semakin kuat memegang
prinsip terhadap apa yang pernah dan sudah tertanam begitu kuat sejak dini.
Kedua,
melemahkan belief yang ada. Hal ini menjadikan seseorang seperti linglung,
tidak tahu mana yang harus dipegang dan dijalani dalam hidup. Perubahan ini
lebih sering menjadikan seseorang sebagai pribadi yang plin-plan, tidak
berpendirian.
Ketiga, mengganti belief
yang sudah ada. Ketika seorang manusia yang telah memiliki belief system dalam
dirinya sejak dini, karena pengaruh yang kuat dan sangat besar bisa saja
mengganti kepercayaannya (bukan keyakinan pada ketuhanan) terhadap sesuatu
secara duniawi.
Perubahan atau
penggantian ini, seperti manusia mengubah cara pandangnya terhadap hidup. Hidup
ternyata tidak selebar pikirannya saja, hidup bahkan lebih luas dari dunia itu
sendiri.
Sebagai contoh kecil,
perubahan dalam belief system itu
dapat dianalogikan dengan seorang perokok yang tidak mau berhenti merokok walaupun
sudah mengalami penyakit akibat perilakunya tersebut. Karena pada dasarnya, ia
akan berhenti merokok bukan karena orang lain, tapi akan melakukannya ketika
dirinya yang memerintahkan itu.
Contoh lainnya dalam
kehidupan nyata adalah ketika seorang perempuan yang bersikukuh dengan pola
hidupnya yang berada dalam tekanan kezaliman seorang kepala keluarga. Belief system yang ada dalam dirinya
telah terbentuk bahwa meminta pisah dari seorang suami adalah hal memalukan
bagi perempuan.
Dua contoh di atas,
selain dipengaruhi oleh belief system,
juga karena terbentuknya mental block
dalam diri seseorang. Belief system
yang kuat mengakar, akan membuat seseorang menekan dirinya sendiri agar tidak dipengaruhi
oleh pihak lain di luar dirinya, walaupun tentang kebaikan dan kebenaran.
Khusus untuk pembahasan mental block, akan kita bahas pada
artikel berikutnya.
Penulis:
Nova Indra (CEO P3SDM Melati, Penulis, Pesilat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.